• Home
  • Opini
  • Riau
    • Meranti
    • Kuansing
    • Inhil
    • Inhu
    • Rohil
    • Rohul
    • Dumai
    • Bengkalis
    • Siak
    • Pelalawan
    • Kampar
    • Pekanbaru
  • Olahraga
  • Nasional
  • Politik
  • Edukasi
  • Ekonomi
  • Otomotif
  • Sumatera
  • Hukrim
  • More
    • Kesehatan
    • Internasional
    • Video
    • News
    • Pilihan Editor
    • Terpopuler
    • Galeri
    • Indeks
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
Masukkan Kata Kunci atau ESC Untuk Keluar
  • #Pilihan
  • #Terpopuler
  • #Advertorial
  • #Galeri
  • Indeks
PILIHAN
DPRD Dumai Matangkan Regulasi Kepariwisataan, Dorong Kontribusi Pariwisata untuk PAD
29 Juli 2025
MK Tolak Gugatan, Paisal-Sugiyarto Siap Dilantik Sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Dumai
04 Februari 2025
Polres Dumai Tutup Tahun 2024 dengan Deretan Prestasi dan Komitmen untuk Keamanan Kota
31 Desember 2024
Keberhasilan Walikota Dumai dalam Membangun Infrastruktur, Kesehatan, Pendidikan, dan Lapangan Kerja
19 Mei 2024
Apical Dumai Lakukan Normalisasi Parit di Lingkungan Warga Sekitar Perusahaan
03 Mei 2024

  • Home
  • Politik

Kepentingan Politik Menjadi "berhala" Pada Akhirnya Akan Menyisakan Kejahatan Moral Berlapis-Lapis

PantauNews

Selasa, 02 Mei 2023 11:41:03 WIB
Cetak

PANTAUNEWS.CO.ID, JAKARTA - Dalam satu dekade terakhir ini narasi sosial dan politik berubah cepat. 

Para pembuat gaduh pada dasarnya adalah orang yang tadinya biasa saja, lalu merusak tatanan demokrasi karena kekecewaan politik menjadi kebencian. 

kebencian menjelma jadi permusuhan, dan rasa permusuhan kemudian menjadi jangkar antagonis bagi siapapun yang dianggap lawan. 

Hingga akhirnya mereka membuat kegaduhan psiko-sosial yang menekan banyak orang untuk merasa sulit menyalurkan empati, apalagi apresiasi. Narasi ofensif dan subyektif itu dirawat dan dibiarkan tetap hidup, untuk mengisolir kekalahan politik menjadi estafet kekuatan politik berikutnya. 

"That's why politics keep poisoning the crowd", kata Noam Chomsky. 

Seringkali saya menulis, ketika kepentingan politik menjadi "berhala" pada akhirnya akan menyisakan kejahatan moral berlapis-lapis. 

Kontestasi politik bisa saja berakhir damai pada tingkat  elit, tapi pada tataran akar rumput permusuhan tidak mudah untuk bertemu dalam satu bejana. Residu perseteruan yang dibangun sejak awal oleh 1-2 orang, akan mengkristal di kepala jutaan elektoral. 

Algoritma narasi politik bukanlah sesuatu yang sederhana. Bisa kita lihat ketika pak Prabowo dan Sandi Uno telah menjadi sekondan pak Jokowi, pendukung di tingkat bawah belum tentu seketika ikut berpelukan. Ini semua akibat kesalahan narasi politik berbasis disparitas yang dibangun terlalu lama. 

Berbagai narasi antitesis yang dulu dengan gencar diciptakan, justeru membangun sekat-sekat keberpihakan akut, yang pada akhirnya hanya melahirkan sosok berhala baru dengan penggambaran yang hampir tidak masuk akal. Inilah sosok racun dalam dunia demokrasi. Dalam bahasa Terrance Wiley disebut "angelic troublemakers", malaikat pembuat onar yang memanfaatkan permusuhan politik. 

Pemujaan berlebih terhadap satu sosok dalam demokrasi, secara tanpa sadar memungkinkan akan membentuk fanatisme yang bisa saja melampaui dogma. Dunia politik sangat menyukai situasi ini, karena "political trance" yang berlebihan kerap kali mematikan nilai moral dan memaklumi semua bentuk kelicikan 

Tapi inilah fakta demokrasi. Ketika negara Barat mengatakan bahwa demokrasi hanya mengenal universalisme dan nilai-nilai moral obyektif, maka dari sanalah semua omong kosong dimulai. 

Di balik beberapa kebaikan demokrasi, prinsip "kebebasan" bisa saja bermakna "pembelengguan" terhadap pihak lain. Ia bisa saja meringkus dan melabel orang lain; "If you are not with us, then you are against us!" 

Demokrasi juga  bisa melahirkan manusia hebat dalam artian artifisial, yang dalam istilah Nietszche sebagai "letzter mensch", manusia terakhir yang ditampilkan heroik padahal nihilistik. Manusia biasa yang disulap paksa menjadi paripurna.


Demokrasi ternyata memang tidak bisa menjadi wasit bagi dirinya sendiri. Dalam pandangan Theodor Adorno, atas nama kebebasan, demokrasi hanya melahirkan subjek politik yang terpenjara dalam kepatuhan yang pasif. 

Demokrasi mencetak orang-orang konyol yang setiap hari berteriak "hidup telah dikekang", tapi tak pernah ada satupun orang yang menyumpal mulutnya. 

Secara lambat laun, kebaikan demokrasi juga melahirkan orang yang mengharamkan demokrasi tapi menikmati kebebasan demokrasi untuk meneriakkan "anti demokrasi." 

Namun untuk ukuran hari ini, demokrasi masih menjadi jalan satu-satunya untuk terciptanya ruang lebar "civil society". Tidak harus ningrat, tidak harus mantan tentara, tidak harus orang kaya, setidaknya demokrasi masih menjadi andalan bagi rakyat jelata untuk memiliki peluang jadi pemimpin negara. 

Oleh: Islah Bahrawi
 


 Editor : Dedi Saputra

[Ikuti PantauNews.co.id Melalui Sosial Media]


PantauNews.co.id

Tulis Komentar


Berita Lainnya

Walikota Dumai Bersama Pihak Kepolisian Tinjau Beberapa TPS Agar Berlangsung Lancar, Aman dan Damai

Tanpa Embel-embel CSR, KNPI dan Perindo Riau Santuni Panti Asuhan di Kota Pekanbaru

Calon Wawalkot Depok PDIP Marah Merasa Dilecehkan Calon Wawalkot PKS

Masyarakat Riau Apresiasi Kepemimpinan SF Hariyanto, Sosok Pemimpin Merakyat dan Visioner

DPC Perindo Manggarai Barat Gelar Audiensi di KPUD

Menjelang Kongres PDIP 2025, Ales Saprijon Serukan Kader Dumai Siaga Hadapi Upaya Perusakan Partai

MP, Bacaleg Nasdem Kota Tangerang Diduga Mendahului Proses Tahapan Pemilu

Ribuan Warga Hadiri Kampanye Paisal-Sugiyarto di Tengah Guyuran Hujan

Keributan Di DIC ,Sebut Sebut Walikota Dumai: Ini Penjelasan Pihak Keluarga

Gelombang Politik Baru, Raffi Ahmad Calon Pilkada Jateng?

Infrastruktur Bukit Kapur Jadi Sorotan, Paisal-Sugiyarto Janji Selesaikan dalam Dua Tahun

Baleho Perindo Sengaja Dikoyak, Antonius Naingolan: kalau Ada Yang Usil, Kita Tetap Doakan Kebaikan Baginya

Terkini +INDEKS

Berawal dari Informasi Masyarakat, Bea Cukai Dumai Berhasil Gagalkan Peredaran Rokok Ilegal

25 Oktober 2025
Fakta Baru Terungkap! Dua Transaksi dengan Nilai Sama Picu Dugaan Rekayasa di Lingkungan PT KPI Dumai
25 Oktober 2025
Kembali, Tim GJB Pemuda Sintong Bagikan Sembako ke 15 Warga Kurang Mampu
24 Oktober 2025
Wujud Kepedulian Terhadap Pembangunan Rumah Ibadah di Wilayah Hukumnya, Kapolsek Kubu Berikan Bantuan Semen
24 Oktober 2025
Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional, Polsek Batu Hampar Gelar Panen Raya Jagung Serentak Kuartal lll
24 Oktober 2025
Perkuat Sinergitas dan Upaya Pencegahan Berita Hoax, Diskominfotiks Rohil Pererat Hubungan Dengan Insan Pers
23 Oktober 2025
Kanwil DJBC Riau Musnahkan 25,6 Juta Batang Rokok Ilegal Senilai Rp12,8 Miliar
23 Oktober 2025
Tingkatkan Produktivitas Sektor Pertanian Di Rokan Hilir, PT SPRH Rohil Bersinergi dengan Kementrian Pertanian RI
23 Oktober 2025
Pastikan Pengelolaan Sampah Berjalan Optimal, Kadis LH Rohil Suwandi Tinjau Langsung Pengelolaan Sampah dari Jalur Pujud Sampai Bagan Batu
22 Oktober 2025
Gubernur Riau dan Kadisdik Diminta Dipecat, Erwin Sitompul: Jangan Zolimi Guru
22 Oktober 2025

Terpopuler +INDEKS

Fakta Baru Terungkap! Dua Transaksi dengan Nilai Sama Picu Dugaan Rekayasa di Lingkungan PT KPI Dumai

Dibaca : 1024 Kali
Gubernur Riau dan Kadisdik Diminta Dipecat, Erwin Sitompul: Jangan Zolimi Guru
Dibaca : 747 Kali
Ketua PCNU Kab. Pelalawan Pimpin Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2025
Dibaca : 228 Kali
Pasca Bentrokan Berdarah, Wakil Bupati Rohil Jhony Charles dan Kapolres Rohil Dudukkan Dua Pihak Berseteru
Dibaca : 493 Kali
Berbuat Untuk Masyarakat, Tim GJB Pemuda Sintong Kembali Bagikan Sembako ke 22 Kepada Warga Kurang Mampu
Dibaca : 369 Kali
Ikuti kami di:
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Info Iklan
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
PantauNews.co.id ©2020 | All Right Reserved