Sabu: Narkotika Berbahaya dengan Sejarah Panjang dan Dampak Menghancurkan

PANTAUNEWS, DUMAI – Sabu atau methamphetamine telah menjadi salah satu narkotika paling berbahaya di dunia. Dengan efek stimulan yang kuat, sabu dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat dan menciptakan euforia berkepanjangan bagi penggunanya. Namun, di balik daya tariknya, sabu membawa dampak kesehatan dan sosial yang menghancurkan.
Jejak Sejarah: Dari Obat Medis ke Narkotika Ilegal
Methamphetamine pertama kali dikembangkan dari zat amfetamin yang ditemukan pada tahun 1887 oleh ilmuwan Rumania, Laz?r Edeleanu. Kemudian, pada 1893, ahli kimia Jepang Nagayoshi Nagai berhasil mensintesis methamphetamine untuk pertama kalinya. Perkembangan lebih lanjut dilakukan oleh Akira Ogata pada tahun 1919, yang menciptakan bentuk kristal methamphetamine yang lebih stabil—cikal bakal sabu yang dikenal saat ini.
Pada Perang Dunia II, methamphetamine digunakan secara luas oleh tentara Jerman, Jepang, dan Sekutu untuk meningkatkan stamina dan mengurangi rasa lelah. Nazi Jerman memproduksi tablet methamphetamine dengan nama dagang Pervitin, yang diberikan kepada tentaranya. Jepang juga membekali pilot kamikaze dengan zat ini sebelum misi bunuh diri.
Setelah perang, methamphetamine mulai dipasarkan sebagai obat resep untuk menurunkan berat badan dan mengatasi depresi. Namun, pada 1970-an, banyak negara melarang penggunaannya karena efek sampingnya yang berbahaya dan potensi kecanduan yang tinggi.
Mengapa Sabu Begitu Populer?
Methamphetamine menjadi narkotika ilegal yang sangat diminati karena beberapa faktor utama:
• Mudah Diproduksi – Tidak seperti kokain atau heroin yang membutuhkan tanaman tertentu, methamphetamine bisa dibuat dari bahan kimia industri dan farmasi. Pembuatan sabu bisa dilakukan di laboratorium sederhana, membuatnya mudah diproduksi secara ilegal.
• Efek yang Lama dan Kuat – Sabu memberikan euforia yang intens dan bisa bertahan hingga 12 jam, jauh lebih lama dibandingkan kokain. Pengguna merasa penuh energi, percaya diri, dan tidak mengantuk.
• Permintaan Tinggi di Kalangan Pekerja dan Pencandu – Banyak pekerja industri, sopir truk jarak jauh, dan pekerja malam menggunakan sabu untuk tetap terjaga. Efek adiktifnya membuat pengguna sulit berhenti, sehingga permintaannya tetap tinggi.
• Jaringan Kartel dan Kejahatan Terorganisir – Peredaran sabu dikendalikan oleh sindikat narkotika internasional, seperti kartel Meksiko dan mafia Asia Tenggara. Di Asia, sabu banyak diproduksi di "Golden Triangle" (Segitiga Emas), yaitu perbatasan Thailand, Myanmar, dan Laos.
Dampak Menghancurkan bagi Pengguna
Penggunaan sabu tidak hanya menyebabkan euforia sesaat, tetapi juga membawa dampak buruk yang mengerikan, baik secara fisik maupun mental.
• Efek Jangka Pendek:
• Peningkatan detak jantung dan tekanan darah.
• Hilangnya nafsu makan dan gangguan tidur.
• Perubahan perilaku menjadi lebih agresif.
• Efek Jangka Panjang:
• Kerusakan otak yang menyebabkan gangguan memori dan kesulitan berpikir.
• Gangguan mental, seperti paranoid, halusinasi, dan perilaku agresif.
• Kerusakan fisik, seperti gigi rusak (meth mouth) dan luka di kulit akibat halusinasi serangga.
• Dampak Sosial:
• Meningkatnya angka kriminalitas akibat kecanduan sabu.
• Hancurnya hubungan keluarga dan hilangnya pekerjaan.
Bahan Kimia Berbahaya yang Digunakan
Banyak bahan yang digunakan untuk membuat sabu awalnya bisa ditemukan di apotek atau toko bahan kimia. Namun, kini banyak negara telah mengawasi dan membatasi peredarannya. Beberapa di antaranya adalah:
• Pseudoefedrin atau Efedrin – Dahulu banyak ditemukan dalam obat flu, tetapi kini penggunaannya diawasi ketat.
• Aseton – Sering digunakan dalam pembersih kuku.
• Hidrogen Peroksida (H?O?) – Ditemukan dalam antiseptik luka.
• Asam Sulfat – Biasa digunakan dalam pembersih saluran air, tetapi sangat korosif.
• Red Fosfor – Bisa ditemukan dalam kepala korek api, meski jumlahnya kecil.
• Litium – Terdapat dalam beberapa jenis baterai.
• Soda Api (NaOH) – Biasa digunakan untuk membersihkan saluran air.
Upaya Pencegahan dan Hukum
Pemerintah di berbagai negara terus memperketat pengawasan terhadap bahan-bahan kimia ini untuk mencegah produksi ilegal sabu. Di Indonesia, kepemilikan atau peredaran methamphetamine termasuk dalam kategori narkotika golongan I, dengan ancaman hukuman yang berat bagi pelaku.
Badan Narkotika Nasional (BNN) dan aparat penegak hukum juga terus melakukan operasi untuk membongkar jaringan narkotika, termasuk penyelundupan dari luar negeri.
Kesimpulan
Sabu bukan sekadar narkotika biasa. Dengan sejarah panjang dari obat medis hingga menjadi narkotika paling berbahaya, sabu telah menghancurkan banyak nyawa dan keluarga. Dampaknya yang mengerikan bagi kesehatan dan sosial menjadikannya ancaman serius yang harus diperangi bersama.
Masyarakat diharapkan lebih waspada dan berperan aktif dalam memerangi peredaran narkoba, demi masa depan yang lebih sehat dan bebas dari jerat kecanduan.
Berita Lainnya
Laksanakan PCR dan Rapid Test di Pasar Sukaramai dalam antisipasi Corona
Apical Group Gelar Penyuluhan dan Berikan PMT untuk Pencegahan Stunting di Dumai
Berbagi Berkah Ramadhan, PT KPI RU Dumai Bagikan Ratusan Takjil Untuk Masyarakat
Dalam Rangka Hut ke 44, Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Riau Gelar Webinar Kesehatan Bersama dr Boyke
Ketua TP PKK Rohil Hj Basyariah Dampingi Kunjungan TP PKK Riau ke Rohil
Rohil Masuk Zona Merah, Setelah Penambahan 18 orang Positif Covid -19
Rumah Terapi ABA Dumai: Solusi Optimal bagi Anak dengan Kebutuhan Khusus
Dalam Rangka Hut ke 44, Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Riau Gelar Webinar Kesehatan Bersama dr Boyke
PT KPI Unit Dumai Fokus Tangani Masyarakat Terdampak
Tips Menjaga Kesehatan di Musim Panas, Ini yang harus anda lakukan
Upaya Penanggulangan DBD dan Malaria, Kadis DLH Rohil Suwandi Berjibaku Bersama Tim Satgas Bersihkan Perkarangan Rumah Warga
Apical Grup Dumai Tunjukkan Kepedulian Pada Tenaga Medis