Ditengah Badai Corona,Trump Tetap Gelar Kampanye
New York, PantauNews.co.id - Di tengah wabah Corona yang melanda Amerika Serikat (AS), Donald Trump tetap akan menggelar kampanye. Namun, para pendukungnya diminta rela misalkan terkena Corona (COVID-19) saat menghadiri acara kampanye Trump.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (11/6/2020), Trump menyatakan bahwa dirinya akan memulai kembali kampanye di Oklahoma pada Jumat (19/6) pekan depan. Selanjutnya, dia akan melanjutkan kampanye ke Florida, Arizona dan North Carolina.
"Kita akan memulai kampanye kita. Kita meyakini yang pertama mungkin ... di Oklahoma, Tulsa, Oklahoma. Lokasi baru yang indah, sangat baru. Mereka menantikannya. Mereka telah melakukan pekerjaan hebat dengan COVID, seperti yang Anda ketahui. Mereka semuanya akan menjadi besar," ucap Trump kepada wartawan di Gedung Putih.
Lebih dari 113.000 orang telah meninggal akibat COVID-19. Sementara lebih dari dua juta kasus Corona telah tercatat. Di Florida, Arizona, dan North Carolina, jumlah kasus Corona bahkan mulai meningkat lagi.
Oleh karenanya, tim kampanye Trump membuat aturan khusus selama kampanye berlangsung. Pendukung Trump harus menandatangani surat pernyataan perjanjian di situs web kampanyenya untuk mendaftar, di Tulsa, Oklahoma, pada 19 Juni. Mereka tidak boleh menuntut jika terkena COVID-19 di acara itu.
"Dengan mengklik daftar di bawah ini, Anda mengakui bahwa risiko terpapar COVID-19 yang ada di setiap tempat umum di mana orang hadir," kata aturan dalam situs tersebut.
"Dengan menghadiri kampanye, Anda dan tamu mana pun secara sukarela menanggung semua risiko yang terkait dengan paparan COVID-19 dan setuju untuk tidak menuntut kampanye Trump, atau afiliasi, kontraktor, atau karyawannya yang bertanggung jawab," lanjut aturan tersebut.
Halaman tersebut tidak menyebutkan langkah-langkah lain untuk mencegah penyebaran virus ini, seperti misalnya imbauan memakai masker.
Kampanye di Tulsa telah memicu kontroversi, ketika AS bergulat selama berminggu-minggu dengan kerusuhan dan protes terhadap rasisme dan kebrutalan polisi setelah pembunuhan seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd oleh oknum polisi di Minneapolis pada 25 Mei.
Tulsa adalah tempat pembantaian rasis pada tahun 1921 ketika gerombolan orang kulit putih membunuh ratusan orang Afrika-Amerika di lingkungan kulit hitam yang berkembang pesat di kota itu. Sementara 19 Juni - "Juneteenth" - menandai "Hari Kebebasan" merayakan penghapusan perbudakan di Texas pada 19 Juni 1865.
Senator California, Kamala Harris, yang namanya disebut-sebut sebagai calon wakil presiden Partai Demokrat Joe Biden pada November mendatang, mengecam acara kampanye itu sebagai "pesta selamat datang di rumah" bagi supremasi kulit putih.
Gedung Putih pada Kamis (11/6), mengatakan Juneteenth adalah "hari yang bermakna" bagi Trump dan bahwa Trump ingin menggunakan kesempatan itu untuk berbagi kemajuan yang dibuat untuk orang kulit hitam Amerika.
Sementara itu, Biden belum mengumumkan kapan kampanyenya akan dimulai kembali.
Sumber: Detik.com


Berita Lainnya
Pandemi Covid-19 Ungkap Ketimpangan Sosial dan Kesehatan di AS
Cegah Kasus Impor Corona, Thailand Setop Penerbangan Internasional Hingga Senin
Negara-negara Ini Perlahan Longarkan Batasan Sosial
Presiden Kosovo Didakwa Lakukan Kejahatan Perang, Penyiksaan-Pembunuhan
Agro Murni melayangkan somasi kepada media online Pantaunews, ini permintaan Mereka
Bakamla RI dan Turkish Coast Guard Sepakati Kerja Sama di Bidang Keamanan Maritim
Pandemi Covid-19 Ungkap Ketimpangan Sosial dan Kesehatan di AS
Segini Bayaran Khabib Saat Pertama Kali Tarung di UFC
Menkumham Promosikan Kebebasan Beragama Indonesia di Hadapan Anggota Parlemen Inggris
Agro Murni melayangkan somasi kepada media online Pantaunews, ini permintaan Mereka
Heboh, Pasangan Ini Lakukan Tindakan Seks Siang Bolong di Pusat Perbelanjaan yang Sibuk
Pemerintah Evakuasi Warga Indonesia dari Lebanon Akibat Situasi Konflik