Bio Farma Produksi Vaksin Covid-19, Uji Klinis Kuartal I/2021

Jakarta, PantauNews.co.id - Industriawan farmasi nasional saat ini sedang mengembangkan vaksin Covid-19 di dalam negeri. Namun demikian, vaksin yang menggunakan strain virus lokal belum akan rampung dalam waktu dekat.
PT Bio Farma (Persero) saat ini sedang bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd untuk pengembangan vaksin umum. Adapun, Bio Farma juga berkolaborasi dengan Eijkman Institute for Molecular Biology dalam pengembangan vaksin dengan strain virus lokal.
"[Pengembangan vaksin dengan plasmid lokal] ini baru mulai. Paling cepat juga uji klinis [kepada manusia] tahun depan [pada 2021]," kata Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir kepada Bisnis.com, Kamis (25/6/2020).
eperti diketahui, proses pembuatan vaksin secara umum dibagi menjadi empat tahap yakni tahap perancangan, pengujian hewan, pengujian manusia, dan persetujuan regulator. Adapun, pengujian manusia dibagi menjadi tiga fase.
Setiap fase dalam pengujian vaksin kepada manusia memiliki waktu jumlah relawan yang berbeda. Adapun, jumlah relawan maksimal bisa mencapai hingga ratusan ribu orang dengan waktu observasi paling lama.
Honesty menyampaikan pengembangan vaksin antara perseroan dengan Sinovac akan masuk ke dalam fase tiga pengujian pada manusia pada awal semester II/2020. Adapun, lanjutnya, vaksin tersebut akan mulai diproduksi masal pada awal kuartal I/2021 jika seluruh proses berjalan lancar.
Untuk saat ini Honesty menyarankan agar masyarakat maupun pasien Covid-19 waspada terhadap produk medis yang mengklaim dapat menyembuhkan Covid-19. Menurutnya, konsumsi obat terapi dalam mengobati Covid-19 hanya dapat dilakukan dengan konsultasi maupun resepdari dokter spesialis.
"Obat-obat yang ada sekarang itu adalah obat yang diberian sesuai dengan simptom atau gejala sakit yang diderita pasien. [Lalu,] jangan membeli obat yang elum ada ijin dari BPOM [adan Pengawas Obat dan Makanan]," ucapnya.
Honesti memberikan contoh terkait euforia pada oat dexamethasone setelah pengumuman dari peneliti dari University of Oxford. Seperti diketahui, pengumuman tersebut menyatakan bahwa penggunaan dexamethasone pada pasien Covid-19 kritis dapat mengurangi potensi kematian.
Akan tetapi, Honesti mennyataan bahwa dexamethasone belum masuk ke dalam informatorium obat Covid-19 yang diterbitkan BPOM. Selain itu, lanjutnya, BPOM mengategorikan dexamethasone seagai obat anti radang, bukan obat antiviral maupun obat pernapasan.
Seperti diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan telah menerbitkan informatorium obat terapi Covid-19. Dalam daftar tersebut, terdapat 12 jenis obat yang diproduksi oleh 113 pabrikan farmasi nasional.
Adapun, obat-obatan tersebut dapat ditemukan dalam 614 obat bermerek dan 232 obat generik. Selama Januari-Mei 2020, telah ada 48 permohonon nomor izin edar (NIE) kepada BPOM terakit penerbitan 12 obat tersebut.
Sumber: Bisnis.com
Berita Lainnya
Ketua TP PKK Rohil Hj Basyariah Dampingi Kunjungan TP PKK Riau ke Rohil
Dalam Rangka Hut ke 44, Yayasan Kemala Bhayangkari Cabang Riau Gelar Webinar Kesehatan Bersama dr Boyke
Wujudkan Pembangunan SDM, Dinkes Dumai Optimis Berikan Jaminan Kesehatan yang Optimal
ALODOKTER Bersama ShopeePay Luncurkan Kampanye Puasa Sehat, Chat Dokter Hemat
Antisipasi Meningkatkan Penyebaran Covid-19, Rutan Dumai Laksanakan Tes Swab Bagi Petugas
Gandeng PMI , Apical Dumai Gelar Donor Darah
Pemprov Banten Gelar Rakor Penanggulangan Covid-19
Cegah Stunting Sejak Masa Kehamilan, PT KPI RU Dumai Gelar Kelas Gizi dan Laktasi Ibu Hamil Risiko Tinggi
Apical Group Gelar Penyuluhan dan Berikan PMT untuk Pencegahan Stunting di Dumai
Penjelasan Resmi Terkait Penonaktifan Sementara dr. Anardo Eka Putra dari Jabatan Dirut RSUD Madani
Kepedulian Tanpa Batas, Provost DPC GRIB JAYA Kota Dumai Salurkan Bantuan
Puskesmas Bukit Kayu Kapur Resmi Beroperasi